Logika sebagai ilmu pengetahuan
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana obyek materialnya
adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika
adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Logika sebagai cabang filsafat
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini
berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai
cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari
kebenaran
Dasar-dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah
inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas)
sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal
ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara
kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika
silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah
contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.
Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif adalah
penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan
deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi
logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak
valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan
hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh argumen deduktif:
1.
Setiap mamalia punya
sebuah jantung
2.
Semua kuda adalah
mamalia
3.
∴ Setiap kuda punya
sebuah jantung
Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif—adalah
penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai
kesimpulan umum.
Contoh argumen induktif:
1.
Kuda Sumba punya sebuah
jantung
2.
Kuda Australia punya
sebuah jantung
3.
Kuda Amerika punya sebuah
jantung
4.
Kuda Inggris punya
sebuah jantung
5.
∴ Setiap kuda punya
sebuah jantung
Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan
penalaran induktif dan deduktif.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
|
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti
benar.
|
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada,
sekurangnya secara implisit, dalam premis.
|
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara
implisit, dalam premis.
|
Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan
cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan
rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti
prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian
disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales
menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan
alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut
Aristoteles disimpulkan dari:
·
Air adalah jiwa
tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
·
Air adalah jiwa hewan
dan jiwa manusia
·
Air jugalah uap
·
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air
adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika
telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran
dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica ,
yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah
enam, yaitu:
1.
Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2.
De
interpretatione tentang
keputusan-keputusan
3.
Analytica
Posteriora tentang
pembuktian.
5.
Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6.
De
sohisticis elenchis tentang kesesatan
dan kekeliruan berpikir.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan
pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari
Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus
Empiricus 200 M, dua orang dokter medis
yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu
pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku
Aristoteles.
Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius
ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.
Abad pertengahan dan
logika modern
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De
Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius
masih digunakan.
·
Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode
logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni
diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan
John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika
induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika
yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika
simbolik seperti:
·
Gottfried Wilhelm
Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus
Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih
mempertajam kepastian.
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf
Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins
University,melengkapi logika
simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's
Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general
theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan
terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan
karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur
William Russel (1872 - 1970).
Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika
adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada
metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua
orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M)
yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan
terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan
karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur
William Russel (1872 - 1970).
Kegunaan logika
1.
Membantu setiap orang
yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap,
tertib, metodis dan koheren.
2.
Meningkatkan kemampuan
berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.
Menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.
Memaksa dan mendorong
orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5.
Meningkatkan cinta akan
kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta
kesesatan.
6.
Mampu melakukan analisis
terhadap suatu kejadian.
7.
Terhindar dari klenik ,
gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8.
Apabila sudah mampu
berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada
butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Macam-macam logika
Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir
secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia
ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan
dalam kehidupan nyata.
Logika ilmiah
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang
harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah
akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan
lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau,
paling tidak, dikurangi.
1.
^ Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Oleh Jan Hendrik Rapar. Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-676-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar